Selasa, 30 Juni 2009

pendidikan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Kata Ilmu secara bahasa berarti kejelasan.[1] Oleh karena itu ilmu merupakan penjelas bagi setiap fenomena-fenomena disekeliling kita. Namun sekarang antara ilmu agama dan ilmu umum berjalan sendiri-sendiri tidak ada kesingkronan antara keduanya. Yang sering terjadi adalah pengajaran ilmu-ilmu agama islam yang normatif- tekstual baik di sekolah maupun di madrasah terlepas dari perkembangan ilmu-ilmu sosial, ekonomi, hokum, dan ilmu-ilmu agama (religius Studies) pada umumnya.[2] Keterpisahan antara ilmu agama dan umum merupakan suatu rekayasa segolongan orang yang berakibat kwalitas pendidikan dan kemunduran islam pada umumnya.

Berangkat dari sinilah kita akan mengungkap fenomena-fenomena pendidikan ilmu agama dan umum. Maka dari itu kami berusaha untuk menjelaskan dibalik kesenjangan antara ilmu agama dan umum.

B. Rumusan masalah

1. Pengertian keilmuan umum dan agama?

2. Integrasi keilmuan dalam perspektif Islam?

3. Visi baru program integrasi keilmuan umum dan agama pada keilmuan integalistik dan interkonegtif?


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian keilmuan umum dan agama

Keilmuan umum (sekuler) adalah suatu ilmu yang dipelajari dan dikembangkan di perguruan tinggi umum, sedangkan keilmuan agama yaitu dikembangkan di perguruan tinggi agama.[3] Keterpisahan antara ilmu umum (sekuler) dan agama merupakan suatu pertanda yang tidak baik dan menyebabkan krisis relevansi (tidak memecahkan banyak soal). Seharusnya antara kesuanya saling menguatkan dan dapat mengisi antara satu dengan yang lain.

Dalam pandangan al-Qur'an ilmu merupakan keistimewaan yang menjadikan manusia unggul terhadap makhluk-makhluk lain guna menjelaskan fungsi kekholifahan.[4] Hal ini dijelaskan pada al-Qur'an surat al-Baqarah ayat 31 dan 32.

Keilmuan umum biasanya diajarkan pada sekolah yang pelajarannya tidak berbau agama atau hanya sedikit sekali waktu untuk pelajaran agama dibanding pelajaran yang lain. Namun keilmuan agama banyak sekali diajarkan dimadrasah yang semata-mata untuk mendalami agama (tafahuh fiddin), tetapi ada juga madrasah yang didirikan bukan hanya mempelajari ilmu agama saja tetapi juga mempelajari ilmu umum.[5]

Pada madrasah selain tafahuh fiddin ini juga jumlahnya lebih banyak dibanding dengan madrasah tafahuh fiddin dan kalau dilihat dari kwalitas antara madrasah tafahuh fiddin dan yang mempelajari segala ilmu baik umum maupun ilmu agama belum bisa dibandingkan, atau masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Dewasa ini, umat Islam sedang dan masih dalam kondisi terpuruk dan terbelakang di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dan mungkin dibidang agama.[6] Oleh karena itu umat Islam diharapkan berfikir keras dan mau berbuat dan bertindak dan mempelajari ilmu-ilmu, baik ilmu dunia maupun ilmu akherat, supaya umat Islam tidak ketinggalan dengan non Islam.

Faktor yang menyebabkan umat Islam menurun atau lemah karena umat Islam meninggalakan ajaran al-Qur’an dan al-Hadits. Oleh sebab itu, kita sebagai umat Islam harus mampu dan mengapresiasikan ajaran al-Qur’an dan al-Hadits sebagai pedoman.

B. Integrasi keilmuan dalam perspektif Islam

Ilmu yang lahir dari induk agama menjadi ilmu yang objektif (objetifikasi),[7] maksudnya suatu ilmu tidak dirasakan oleh pemeluk agama lain, tidak beragama, atau anti agama. Akan tetapi segala gejala sosial keilmuan objektif saja.

Sumber ilmu yaitu:

  1. Rasionalisme

Aliran ini berpendapat sumber dari ilmu adalah rasio (akal).[8] Menurut aliran ini akallah yang paling berperan dalam munculnya berbagai ilmu. Tokohnya yaitu Renedescartes (1596-1650).

  1. Empirisme

Aliran ini berpendapat bahwa pengalaman (empiris0 menjadi sumber pengetahuan.[9] Menurut aliran ini sumber dari ilmu bukanlah dari ratio (akal), akan tetapi berasal dari pengalaman seseorang dan pengalaman itu bisa diperoleh dari melihat, mencoba dan berlatih. Pelopornya adalah John Locke.

  1. Kritisisme

Ilmu atau pengalaman bukan berasal dari empiris tetapi ada unsur lain di balik itu.[10] Orang tidak perlu berfikir secara berliku-liku. Apabila ia berfikir dan terus mengalami jalan buntu lalu dia berhenti untuk memikirkan masalah yang dia fikirkan dia akan tiba-tiba mendapatkan suatu jawaban pada masalah yang difikirkannya. Tokohnya: Immanuel Kant (1724-1804).

  1. Posivisme

Aliran ini menggabungkan antara rasionalisme dan empirisme.[11] Aliran ini tidak mau menitik beratkan pada akal saja namun juga dia menggabungkan dengan pengalaman-pengalaman yang diperoleh baik dari pengalaman pribadi maupun dari pengalaman orang lain.

  1. Fenomenologis

Fenomenologis ini adalah aliran yang membebaskan diri dari tradisi berfikir yang telah ada dari prasangka subjektif.[12]

  1. Intuisi dan wahyu

Intuisi adalah pengetahuan yang didapat tanpa melalui pengalaman tertentu, misalnya: seseorang yang terpusat pikirannya terhadap suatu masalah tiba-tiba menemukan jawabannya, tanpa melalui proses berfikir yang berliku-liku.

Wahyu adalah bentuk pengetahuan yang disampaikan Allah kepada para Rasulnya, dan Rasulpun menyampaikan pada umat manusia. Wahyu yang diperoleh para Rasul berisikan masalah dahulu, sekarang dan yang akan datang.[13]

Wahyu merupakan sumber pengetahuan umat Islam, Rasul SAW, menerima wahtu dari Allah lewat Jibril. Kemudian wahyu tersebut disampaikan kepada para sahabat dan menjadi ilmu bagi para sahabat tersebut. Diantara para sahabat tersebut adalah: Abu Bakar as-Shidiq. Selain itu juga ada para sahabat yang menerima wajangan dari Rasul di luar al-Qur'an dengan wejangan tersebut disebut al-hadis atau as-Sunah. Diabawah ini adalah konsep jaring laba-laba keilmuan teoantroposentris integralistik dalam universitas Islam negri.

Dalam kondisi yang ada seperti ini aktifitas keilmuan diperguruan tinggi agama, khususnya IAIN dan STAIN diseluruh tanah air hanya terfokus dan terbatas pada lingkar 1 dan jalur lingkar jalur lapis 2 (kalam, falsafah, tasawuf, hadits, tarikh, fiqh, tafsir, lughoh). Itupun boleh disebut hanya terbatas pada ruang gerak pada humaniora klasik. IAIN pada umumnya belum mampu memasuki diskusi ilmu-ilmu sosial dan humanities konteeporer seperti tergambar pada jalur lingkar 2 (antropologi, sosiologi, sikologi, filsafat dengan berbagai pendekatan yang ditawarkannya).[14]

Sebenarnya semangat keilmuan sejak dini telah ditanamkan oleh Rasullah SAW. Baik lewat perbuatan atau ucapan, oleh karena itu kita harus bisa mensuri tauladan dari semua tindakan dan ucapan Rasulullah karena apabila kita bisa meniru semua prilakunya kita akan menjadi seorang yang selamat di dunia dan di akhirat.

Dari situ sudah jelas bahwa baik ilmu umum atau ilmu agama sebenarnya mempunyai integrasi dan interkoneksi yang sangat kuat, dan semangat keilmuan itu telah dicontohkan oleh junjungan kita Nabi Muhammad SAW, karena semangat keilmuan yang dicontohkan oleh Rasul merupakan prosuk yang bermanfaat untukl manusia (rahmatan lil 'alamin).

C. Visi baru program integrasi keilmuan umum dan agama pada konsep keilmuan intergralistik-interkonektif

Agama merupakan wahyu Tuhan, yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, diri sendiri, dan lingkungan hidup baik fisik, social maupun budaya.[15] Oleh karena itu lingkunagn hidup yang diatur oleh Tuhan melalui sunatullah (hukum alam) merupakan suatu kejadian yang mengandung unsur-unsur pengetahuan alam.

Paradigma keilmuan baru yang menyatukan, bukan sekedar menggabungkan, wahyu Tuhan dan temuan pikiran manusia (ilmu integralistik) tidak akan berakibat mengecilkan atau meremehkan peran Tuhan (sekulerisme) atau mengucilkan peranan manusia sehingga teralienasi dari dirinya sendiri, dari masyarakat sekitar, dan lingkungan hidup sekitarnya. [16] Pada hal ini peranan Tuhan dan peranan manusia sangatlah mempunyai andil yang sangat besar dalam munculnya berbagai macam keilmuan, tetapi yang memiliki andil sangat besar adalah peranan Tuhan. Karena alam ini yangmnegatur adalah Tuhan., ini didapat dalam ilmu-ilmu qauliyah (teks-naskah) dan ilmu-ilmu kauniyah.

Contoh dibawah ini akan memberi gambaran tampilan ilmu-ilmu yang integralistik bersama prototif sosok ilmuan integratif yang dihasilkannnya. Contoh ini dapat diambil dari ilmu ekonomi syari'ah, yang sudah nyata ada praktek penyatuan antara wahyu Tuhan (Difine) dan temuan pikiran manusia (human Tingking). Ada BMI (Bank Muamalat), bank BNI syariah, bank mandiri syari'ah, takaful syariah, usaha-usaha agrobisnis, tranportasilautan dan sebagainya.[17]

Dilihat dari contoh diatas merupakan suatu gambaran ilmu umum dan ilmu agama mempunyai integralistik dan interkonektif yang sangat kuat, sulit dipisahkan karena ilmu Tuhan (agama) merupakan tek qauliyah dan ilmu umum (tek kauniyah). Agama menyediakan tolak ukur kebenaran ilmu (daruriyyat; benar, salah), bagaimana ilmu diproduksi (hajiyyat; baik, buruk), tujuan-tujuan ilmu (tahsiniyyat; manfaat, merugikan).[18] Ilmu agama dan ilmu umum sama-sama mempunyai klaim bahwa siswa itu ada yang baik ada yang buruk dan semua itu merupakan hukum alam (sunatullah) yang tidak mungkin kebaikan dan keburukan itu bisa disatukan, oleh karena itu kita perlu membaca ayat-ayat qauliyah dan ayat-ayat kauniyah (tekstual dan konstektual) yang mana telah ada di depan kita.


BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Keilmuan umum (sekuler) adalah suatu ilmu yang dipelajari dan dikembangkan di perguruan tinggi umum, sedangkan keilmuan agama yaitu dikembangkan di perguruan tinggi agama. Keterpisahan antara ilmu umum (sekuler) dan agama merupakan suatu pertanda yang tidak baik dan menyebabkan krisis relevansi (tidak memecahkan banyak soal). Seharusnya antara kesuanya saling menguatkan dan dapat mengisi antara satu dengan yang lain.

2. Keilmuan umum biasanya diajarkan pada sekolah yang pelajarannya tidak berbau agama atau hanya sedikit sekali waktu untuk pelajaran agama dibanding pelajaran yang lain. Namun keilmuan agama banyak sekali diajarkan dimadrasah yang semata-mata untuk mendalami agama (tafahuh fiddin), tetapi ada juga madrasah yang didirikan bukan hanya mempelajari ilmu agama saja tetapi juga mempelajari ilmu umum.

3. Paradigma keilmuan baru yang menyatukan, bukan sekedar menggabungkan, wahyu Tuhan dan temuan pikiran manusia (ilmu integralistik) tidak akan berakibat mengecilkan atau meremehkan peran Tuhan (sekulerisme) atau mengucilkan peranan manusia sehingga teralienasi dari dirinya sendiri, dari masyarakat sekitar, dan lingkungan hidup sekitarnya.

B. SARAN

Seharusnya ilmu umum dan ilmu agama tidak berjalan sendiri-sendiri harus berjalan beirigan, karena antara keduanya mempunyai relasi dan integrasi yang sangat dekat bahkan antara keduanya itu sulit dipisahkan (mempunyai keterkaitan). Paradigma pendidikan kita seharusnya berfikir kearah situ dan itu akan membawa dampak yang bagus untuk kwalitas pendidikan kita kedepan.


DAFTAR RUJUKAN

Munir, Ahmad, Tafsir Tarbawi. Ponorogo: STAIN Ponorogo Press, 2007.

Abdullah, M. Amin, Keilmuan Umum Dan Agama Dalam Sistem Sekolah Dan Madrasah. Jakarta: INCIS, 2004.

Abdullah, M. Amin, Reintegrasi Keilmuan Umum Dan Agama. Jakarta: Perta, Vol. V/ No. 01/ 2002.

Syihab, M. Quraish, Wawasan al-Qur'an. Bandung: Mizan, 1996.

Daulay, Haidor Putrra. Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana prenada Media, 2004.

Abdullah, M. Amin, Keilmuan Umum Dan Agama. Jakarta: Perta, Vol. V/ No. 02/ 2002.

http://www.penulislepas.com/print.php?id+2004_0_1_0.


DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL............................................................................................. i

DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah................................................................ 1

B. Poko Pembahasan......................................................................... 1

BAB II :PEMBAHASAN

A. Pengertian Keilmuan Umum dan Agama......................................... 2

B. Integrasi Keilmuan Dalam Perspektif Islam..................................... 3

C. Visi Baru Program Integrasi Keilmuan Umum dan Agama Pada Konsep Keilmuan Integralistik-Interkonektif.................................................................................. 5

BAB III : PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................... 7

B. Saran............................................................................................ 7

DAFTAR RUJUKAN


KEILMUAN UMUM DAN AGAMA DALAM

SISTEM SEKOLAH DAN MADRASAH

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas

Mata Kuliah "Ilmu Pendidikan Islam"

Disusun Oleh:

SHAINAL ENDRA KUSUMA

NIM: 243 052 083

Dosen Pengampu:

BASUKI AS'ADI, M.Ag

NIM: 150 327 277

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

(STAIN) PONOROGO

2007



[1]Ahmad Munir, Tafsir Tarbawi (Ponorogo: STAIN Ponorogo Press, 2007), 67.

[2] M. Amin Abdullah, Keilmuan Umum Dan Agama Dalam Sistem Sekolah Dan Madrasah (Jakarta: INCIS, 2004), 26.

[3] Abdullah, Reintegrasi Keilmuan Umum Dan Agama (Jakarta: Perta, Vol. V/ No. 01/ 2002), 49.

[4] M. Quraish Syihab, Wawasan al-Qur'an (Bandung: Mizan, 1996), 435.

[5]Abdullah, Keilmuan Umum Dan Agama (Jakarta: INCIS, 2004), 21.

[6] http://www.penulislepas.com/print.php?id+2004_0_1_0.

[7]Abdullah, Keilmuan Umum Dan Agama (Jakarta: Perta, Vol. V/ No. 02/ 2002), 38.

[8]Haidor Putra Daulay, Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana prenada Media, 2004), 180.

[9]Ibid. 180-181.

[10]Ibid. 181.

[11]Ibid. 181.

[12]Ibid. 181.

[13]Ibid. 181-182.

[14] Abdullah, Keilmuan Umum Dan Agama, (Jakarta: Perta. Vol. IV / No. 02 / 2002), 39.

[15] Abdullah, Keilmuan Umum dan Agama (Jakarta: INCIS, 2004), 34.

[16]Ibid 35.

[17]Ibid. 36.

[18]Ibid. 34.